Pernah denger kata-kata ini gak “Yang lebih muda yang gak dipercaya”? Yup betul sekali, ini adalah iklan sebuah merek rokok terkenal. Saya perhatiin memang iklan produk ini selalu menarik dengan kata-katanya yang merepresentasikan komentar tentang sesuatu. Kalo diperhatiin kata-katanya artinya ‘dalem banget’, bisa tentang kritik lah, tentang himbauan lah, tapi penyampaiannya bener-bener halus. Seakan-akan sindirannya tidak bisa disalahkan, dan memang sebagian besar benar.Kali ini saya bukan membahas iklan tersebut, hanya tertarik untuk mengupas arti dari kata-kata tersebut menurut pandangan saya. tentu saja dengan segala keterbatasan saya. Ga tau sengaja atau gak saya kadang tertarik juga untuk mempelajari hal-hal yang berbau psikologi. Asik juga ternyata.
Ceritanya ada seorang temen fresh graduate yang baru masuk ke sebuah perusahaan sangat bersemangat untuk bekerja dan matanya berbinar binar untuk dapat segera membuat prestasi, dan mungkin kebanyakan dari kita juga mengalami hal yang sama. Dengan segala daya dan upaya temen tersebut melakukan pekerjaan dengan semangat dan biasanya pegawai baru memang sedang geto-getolnya untuk membuat prestasi, keinginan untuk tahu bagaimana caranya agar bisa cepat menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan tersebut, dan biasanya pegawai baru tersebut sudah menyiapkan energinya buat hal itu. Kata seorang psikolog sih, saat awal kerja manusia sedang berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan, beberapa ingin menunjukkannya dengan prestasi. Hal ini make sense karena pada awal kerja kita berusaha untuk membangun sebuah awal yang baik sebagi pondasi karir kita.
Disisi lain, apakah para senior (dalam hal ini pegawai generasi tua) sudah siap menurunkan bekal dan pengalamannya kepada pegawai baru? Bisa ya, bisa tidak. Di sebuah perusahaan BUMN dimana terdapat gap antara generasi tua dan generasi muda. Idealnya transfer knowledge bisa dilakukan untuk menjembatani jurang gap tersebut. Transfer knowledge tidak hanya bersifat bidang pekerjaan yang ditangani saja tetapi yang terpenting adalah komunikasi antar generasi. Karena banyak permasalahan perusahaan yang terjadi karena kesalah pahaman pandangan antara yang muda dengan yang tua. Tetapi pada prakteknya seringkali yang tua justru beranggapan bahwa yang muda belum dipercaya mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk menggantikan yang tua gap itu bukan semakin sempit tetapi malah semakin lebar.
Ada hal lain juga yang terjadi dengan gap multigenerasi ini, seringkali yang muda merasa lebih menguasai dan mempunyai ilmu daripada yang lebih tua. Karena yang muda merasa karena faktor usia, penyerapan ilmunya lebih cepat daripada yang tua. Anggapan ini semakin memperburuk permasalahan multigenerasi yang terjadi di perusahaan. Memang tidak mudah mengatasi hal ini, Eileen Rachman & Sylvina Savitri, psikolog dan penulis artikel di media cetak Kompas memberikan setidaknya tiga solusi untuk mengatasi masalah Manajemen Multigenerasi ini, di sarikan sebagai berikut :
- Sadar Belajar dan Fleksibilitas. Seorang junior diharapkan sadar untuk mempelajari apa yang menjadi deskripsi pekerjaannya, interpersonal skill, cara supervisi dan komunikasi. Mungkin junior harus lebih sabar, ‘mendengar’ merupakan salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Selain itu senior juga harus tanggap menurunkan ilmunya kepada para yunior dan fleksibel dalam membagi pengalamannya.
- Kontak Antar Generasi. Bisa dilakukan dengan transfer knowledge, junior diajak untuk menggarap proyek dengan supervisi dari senior, kegiatan bersama yang menyertakan generasi muda dan generasi tua dan lain sebagainya.
- Program Mentor dan sistem ‘Buddy’. Dengan program mentor, senior mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak asuhnya, dan buddy merupakan orang yang dekat dengan juniornya sehingga bisa memberikan perhatian, nasihat, bimbingan serta dukungan.
Nah sekarang, gimana di perusahaan kalian ? Apakah jargon ‘Yang Muda Yang Gak Dipercaya’ itu benar?
April 16, 2007 at 12:27 pm
merk rokok terkenal apa ya mas adhink?
he he he… ;p
btw, setuju banget tu…yg muda, yg g dipercaya.
banyak banget koment gini “tau apa siy anak baru kemaren sore kok!”
sebel g siy…
mungkin karena beliau2 itu tidak menginginkan adanya ‘repositioning’.
tp…mungkin jg bisa kita ambil positifnya, saat kita g dipercaya, kita tetep bisa ngerjain tanpa harus ada tanggung jawab yg gede kan?
maksutnya, tanggungjawab sepenuhnya kan bukan ada di kita? jd kesempatan kita bener2 untuk belajar.
waduh…ruwet ngomongnya.
ya gitu deh maksutnya…
April 16, 2007 at 12:51 pm
Anda sebagai calon istri karyawan yang bekerja di perusahaan rokok terkenal itu harusnya tahu. Udah ngebantu ngiklainin nih, bonusnya mana π
Ya begitulah yang terjadi di banyak perusahaan, apalagi BUMN, wah gap nya jauh, trus kaderisasinya kurang (ga semua sih). belum ada upaya perusahaan untuk estafet kepemimpinan secara baik, padahal udah tau kalo bentar lagi generasi seniornya udah banyak yang pensiun. Tanya kenapa? π
April 16, 2007 at 1:34 pm
itu kan ceritanya seorang teman yang bekerja di sebuah perusahaan (BUMN) π
April 18, 2007 at 11:50 am
woooo, seorang teman?
he eh dhi, katanya temenku yang kerja di BUMN juga gitu:D
April 18, 2007 at 1:42 pm
sssttt… jangan keras2, ntar kedengeran yg lainnya :p
April 24, 2007 at 1:41 pm
boleh tahu gak mas BUMN nya dimana nih? kayaknya senasib deh kalo diBUMN
April 24, 2007 at 2:06 pm
ga semua BUMN seperti itu sih, dan ga semua pegawainya bernasib seperti itu juga. Jadi kayanya ga etis kalo nyebut nama π clue nya BUMN yang mbahnya listrik di Indonesia hehehe
April 24, 2007 at 2:19 pm
kayaknya saya sudah paham, π karena saya juga ngerasain sekarang
April 24, 2007 at 5:52 pm
Tulisannya sudah bagus sih.. cuma masih kurang tautan daftar pustaka yang jelas. Seperti ini :
“Eileen Rachman & Sylvina Savitri, psikolog dan penulis artikel di media cetak Kompas ”
Judul tulisannya mana? Apakah anda cuma mengarang?
Just comment loh… Untuk penulisan yang lebih baik.
Salam kenal.
Oh iya, saya nemu ini dari tautannya pak Laksono di artikel ini .
April 24, 2007 at 8:25 pm
Wah, saya malah baru tau ada referensi dari blog lain.Thanks buat koreksinya. Tulisannya Eilen Rachman & Sylvina Savitri memang benar-benar ada kok. Saya gak ngarang. Anda bisa lihat di link ini.
Cari yang judulnya Manajemen Multigenerasi. Tulisan yang lain juga bagus2 kok.
June 25, 2007 at 8:32 am
kalo terjadi di BUMN, sudah dipastikan di Pemda pun terjadi seperti itu, karena mereka satu nenek moyang, “Birokrasi”.
August 24, 2007 at 3:23 pm
Wah… bener tuh jargon itu “Indonesia” banget. Kenapa Indonesia? Karena ini masalah budaya.. gak hanya di BUMN aja kok, di perusahaan lain yang kebanyakan senior Ind and kadang punya rasa2 aneh di hatinya kalo ada orang yang pengen maju and antusias… bawaannya siriiiik terus or yang muda dikerjain.. he3X
Well although itu semua tergantung individu nya sech… tapi sekali lagi, itu BUDAYA kita bung..!!! he3x and kalo yang namanya budaya agak susah dihilangin kudu USAHA bersama.
So…?! MERDEKA !!!
April 6, 2008 at 4:22 pm
wah gua setuju…sekarang kebuadayan kita udh tertindas seperti wayang, kita itu seakan2 di kendalikan oleh dunia barat jadi kita gak kan bisa maju
June 22, 2008 at 12:37 am
jargonnya nyeleneh tp nendang, dlm arti mengena.
terkadang sifat orang sgt berbeda, namun dewasalah demi kelancaran kerja baik personal maupun tim (propesional gitu).